Libur karena pemutusan mata rantai Covid-19 berlangsung lebih kurang tiga bulan. Semua aktivitas dilakukan di rumah. Termasuk pembelajaran secara daring. Mental akan rasa takut telah bersemi di dalam pikiran kebanyakan masyarakat. Hal tersebut juga berpengaruh besar sama saya sendiri.

Informasi tentang penyebaran positif Covid-19 di kota saya Payakumbuh, membuat saya membatasi diri berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Ada perasaan curiga dan tidak percaya sama mereka. Saya tidak mau salaman dengan siapa pun, termasuk sama kakak saya di kampung. Kalau bersalaman cukup jarak jauh dengan merapatkan kedua tangan dan meletakan sejajar dengan dada.

Anjuran untuk cuci tangan juga sangat melekat diingatan. Saya selalu mencuci tangan setelah memegang benda apapun. Ini terutama di luar rumah. Kalau terpaksa salaman, saya akan cuci tangan setelah orang tersebut tidak ada dekat saya.

Kegiatan ibadah shalat berjama'ah di masjid pun sudah lama tidak dilakukan, kecuali shalat Jum'at. Itu pun dilakukan ketika ada instruksi dari pemerintah dan MUI dengan memperhatikan protokol kesehatan.

Mencukur rambut adalah salah satu aktivitas yang saya hindari. Saya membiarkan rambut panjang. Ketakutan akan penularan Covid-19 begitu hebat. Saya baru berani mencukur rambut ketika telah ditetapkan New Normal. Itu pun saya lakukan karena terpaksa. Saya akan menghadapi peserta didik di awal tahun pembelajaran baru.

Sekarang di semester baru ini, mari kita tingkatkan semangat baru. Namun jangan lupa berhati-hati dan memperhatikan protokol kesehatan. Musuh kita tidak kelihatan, cuma berukuran nano.